Urusan Lidah, Bukan Perut

Kalau sudah pernah traveling denganku, pasti sudah hafal kebiasaan makanku. Tidak banyak, tapi kalau bisa semua kuliner dicoba. Menyiasatinya dengan pesan seporsi berdua atau makan tengah dengan porsi yang tidak berlebihan, agar bisa nyobain lainnya.

Satu kali makan berdua ke depot seafood langgananku di daerah tersebut. Favoritku adalah menu udangnya. Pesan 10 udang bakar plus satu ikan laut. Save the best for last lah ya. Jadi berencana membuka makanku dengan udang dan menutupnya dengan udang juga, untuk memuaskan lidahku.

Kami sibuk bercerita sambil menikmati makanan masing-masing, sampai giliran saat yang paling berbahagia, menghabiskan tiga udangku untuk menu penutup. Tapi apa yang terjadi? Jumlahnya sudah tidak imbang. Kulihat kepala udangnya sudah tergeletak di piring tetangga, jauh lebih banyak. Protes langsung kulayangkan. Resiko memang, saat selera dan menu kesukaan kami cenderung sama.

Bukan karena perutku yang masih lapar, tapi lidah dan otakku yang sudah merancangnya, membayangkan nikmatnya, akhirnya terpaksa berontak sempurna.

Tapi karena surat teguran yang pernah kulayangkan, jadi setiap mau menghabiskan menu di meja, terutama menu kesukaan yang berpotensi rebutan, dia akan lebih berhati-hati. Termasuk pancake ini, langsung dibagi separuh, sembari menantiku selesai zoom meeting.

 

BTS my journey – series 3

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *