Cahaya Surga dari Luweng Jomblang dan Luweng Grubug

Daerah selatan Yogyakarta menyimpan banyak pesona kecantikan alam. Deretan Gunung Kidul menawarkan keindahan alami yang sungguh sangat mengagumkan. Mulai dari pantai sampai berbagai jenis gua, semua ada di sana. Gua-gua di sana merupakan rangkaian deretan perbukitan karst pesisir selatan mulai Pacitan yang terkenal sebagai kota seribu gua hingga selatan Yogyakarta.

Salah satu gua yang menarik adalah Gua Jomblang, yang akhir-akhir ini cukup fenomenal diulas. Lokasi ini pernah menjadi salah satu scene iklan rokok, yang menampilkan tempat-tempat petualangan terbaik di tanah air. Di lokasi ini, sang petualang tampak sedang bermain skateboard di dalam gua. Melihatnya secara sekilas saja sudah menimbulkan rasa kagum apalagi merasakan langsung di lokasi. Dan buat yang menyukai tantangan, mencoba masuk gua vertikal, akan menjadi pengalaman unik tersendiri. Tinggal berangkat saja menuju kota Yogyakarta, tidak perlu berbekal peralatan apapun, karena di sana sudah disediakan lengkap.

Gua vertikal yang bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau sumuran yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah luweng. Karena itu gua Jomblang juga sering disebut sebagai Luweng Jomblang.

Luweng Jomblang terletak di Padukuhan Jetis Wetan Desa Pacarejo Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul DIY, tepatnya sekitar 50 km arah Tenggara Yogyakarta dan bisa ditempuh selama 1,5 jam dari Kota Yogyakarta. Dari Yogyakarta, ambil jalur menuju Wonosari dan terus ke arah Gunung Kidul. Masuk ke area Semanu dan ikuti papan penunjuk “Wisata Goa Kali Suci”. Dari sana, sudah banyak papan penunjuk “Goa Jomblang”, ikuti saja sampai menemukan Resort Goa Jomblang.

Harga paketnya adalah Rp. 450.000 / orang. Paketnya termasuk tiket masuk, sewa semua peralatan dan makan siang. Lebih baik booking dahulu, karena pengunjung yang masuk ke dalam gua jumlahnya dibatasi dan ikuti kloter pagi, karena waktu terbaik untuk mendapatkan cahaya yang indah adalah sekitar pk.10.00 – 12.00.

Sesampai di lokasi, kita akan melihat sebuah lubang besar, dengan diameter lebih kurang 50 meter, dimana salah satu titik digunakan untuk aktivitas turun naiknya pengunjung menggunakan tali. Muncul campuran rasa antara penasaran dan berdebar ketika melihatnya. Karena kita akan menuruni gua secara vertical sepanjang 20 meter ke bawah. Untuk memasuki Gua Jomblang, diperlukan peralatan khusus yang disebut Single Rope Technique (SRT).

Namun tidak perlu khawatir, karena team disana sudah menyediakan lengkap semua peralatan yang dibutuhkan beserta pemandunya. Kita akan dipasangi tali webbing, mirip seperti kalau mau melakukan aktivitas flying fox. Kemudian disediakan pula sepatu boat yang harus digunakan, karena di dalam gua kondisinya campuran antara tanah basah dan berbatu. Jangan lupa memakai helm. Sekali turun, bisa langsung berdua, untuk ukuran berat badan standart, antara 50 – 70 kg / orang. Lebih dari itu, turun sendiri – sendiri. Kegiatan ini tetap aman untuk anak-anak ataupun usia lanjut yang masih sehat namun gemar berpetualang.

Sambil menunggu giliran turun, disediakan teh poci hangat di gazebo-gazebo. Saat turun ke bawah lebih mudah packing semua barang yang ingin dibawa, seperti kamera dan minuman ke dalam ransel. Sisanya tinggal saja di tempat penitipan.

Giliran tiba, mari dimulai…. Dan… Wow… Setelah turun beberapa meter ke bawah dengan tali, kita akan merasa di dalam hutan purba dengan pohon-pohon besar dan aneka jenis tanaman unik.

Sampai di bawah, kita akan dipandu melewati hutan rapat ini menuju lorong gelap, yang ternyata menjadi penghubung antara Luweng Jomblang dan Luweng Grubug.

Di Luweng Grubug inilah, kita bisa melihat cahaya matahari masuk dengan garis-garis cahaya seperti cahaya surga yang kasat mata. Begitu indah menerangi ke dalam kegelapan gua. Serasa tak berhenti berdecak kagum dengan ciptaanNya.

Tekstur di bawahnya adalah bebatuan, yang cenderung basah karena lembab. Ditambah lagi, ketika musim hujan, air akan membasahi area tersebut, sehingga berhati-hati ketika naik ke atasnya, karena cukup licin.

Belum selesai… Setelah menikmati momen di Luweng Grubug, kita akan dibawa turun menuju sungai bawah tanah.

Menambah satu decak kagum lagi di sini. Kita bisa mandi atau bermain air, sekedar membasuh keringat. Namun jika hujan tiba, biasanya pemandu hanya memperbolehkan sampai Luweng Grubug saja, karena aliran sungainya bisa menjadi sangat deras dan berbahaya.

Untuk kembali ke atas, akan ditarik tali lagi melalui Luweng Jomblang. Terlihat beberapa warga lokal bekerja sama, menarik secara manual.

Dan setelah tiba di atas, kembali akan tersadar memori yang terekam barusan, melihat keindahan yang tersimpan di bawah tanah yang begitu luar biasa. Di sinilah kita baru merasa betapa kecilnya kita di hadapan Empunya.

based on our journey on 16 Nov 2012

has published :

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *