Saat itu, kami berenam mengunjungi sebuah kuil. Seorang ibu mengajak untuk melakukan sebuah ritual sebelum masuk ke area tersebut.
Orang Jepang kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggis. Komunikasi hanya lewat isyarat dan gerakan. Dia mengambilkan air, menyuruhku membuka telapak tangan, menuangkan air tersebut di tanganku dan menyuruhku mendekatkan ke mulut. Tak lama, air segar tersebut kuminum.
Bergantian, aku menularkan prosesnya ke teman-teman. Kucentongkan air, dan kusuruh mereka minum airnya. Temanku protes, “Kayaknya ga diminum deh!”
Ekspresiku masih berusaha ngeyel dan minta persetujuan si ibu. Dia akhirnya memberi contoh, yang maksudnya, cuci mulut.
Jadi, sebelum memasuki kuil Shinto, pengunjung memang harus mencuci tangan dan mulut pada wastafel batu di gerbang.
Nah, pas airnya kutelan, kenapa si ibu diam saja ?!
BTS my journey – series 13