Travelingku tak lepas dari jalur darat antar kota, yang terkadang memaksaku sebagai perempuan untuk bergantian nyetir. Males? Tentu tidak. Seru malah. Terlebih karena aku lebih kuat terjaga di malam hari, jadi giliranku lebih sering saat sudah larut atau bahkan dini hari.
Melintasi banyak truk atau bus, seolah memacu adrenalin yang bikin mata semakin melek. Teman pernah menyebutku seperti sopir bus patas, yang punya kemampuan untuk meliuk dengan cepat dalam hitungan yang akurat. (Dont try this ya gengs ).
Tapi, aku selalu malas dengan urusan kemacetan di kota atau di area pasar. Aku mudah panik di keramaian. Jadi, pernah satu kali, traveling berempat, menggunakan sepeda di Yogyakarta. Keliling area Malioboro dan sekitarnya, dengan lorong jalanan yang padat. Dan… aku nabrak rombong soto donk. Mukaku langsung berubah tegang, terlebih teman-temanku sudah jauh meninggalkanku di depan. Untungnya rombongnya ga terbalik, jadi aku tidak perlu mengganti kuah soto beserta ayam-ayamnya. Aku cuma bisa senyum, dan minta maaf, lalu ngacir secepatnya.
Jangan dikira, perempuan traveler seperti aku, bisa segalanya. Keahlianku cuma satu, kemampuan menahan malu.
BTS my journey – series 2