Nusa Tenggara Barat dengan pulau Lombok dan pulau-pulau di sekitarnya menawarkan keindahan alam yang begitu mempesona. Pantai di sepanjang keliling pulau yang begitu eksotis dengan suasana yang masih alami akan sangat menggoda dan memanjakan kita dalam menikmati liburan yang menyenangkan. Dan mungkin butuh berhari-hari untuk menyantap semua keindahan tersebut, karena di setiap sudut menyuguhkan nuansa yang berbeda.
Berawal dari keinginan untuk menapaki gunung Rinjani, Lombok Utara dengan pesona danau yang menawan di Segara Anak serta berharap bisa merayakan malam pergantian tahun dan menikmati sunrise 2011 yang pertama kalinya di puncak Rinjani, dibelilah tiket menuju Mataram. Namun karena kondisi alam yang tidak memungkinkan, maka pendakian pun dibatalkan. Kawasan Rinjani ditutup sampai Maret 2011 nanti, karena dikhawatirkan badai. Waktu yang tepat untuk mendaki adalah sekitar bulan April sampai Oktober. Dan akhirnya, eksplorasi berganti arah pada pantai-pantai yang tak kalah menariknya.
Pesawat kami tiba di bandara Selaparang, Mataram cukup larut, karena delayed cukup lama. Tujuan kami adalah menyeberang menuju Gili Trawangan pada esok pagi, namun waktunya cukup nanggung untuk mencari penginapan, sementara mentari terbit tinggal beberapa jam lagi, sehingga kami putuskan untuk istirahat saja di bandara tersebut. Namun karena merupakan bandara nasional yang kondisinya mirip kantor kecamatan (kami sempat menyimpulkan seperti itu, tanpa bermaksud apa-apa), maka saat tengah malam, kami diusir satpam dengan alasan bandara ini akan tutup. Hm… dan ternyata benar-benar mirip kantor kecamatan, karena ada jam tutupnya. Tapi… setidaknya pertengahan tahun nanti, sudah dibuka bandara international baru di daerah selatan Lombok, yang mungkin sudah bisa beroperasi 24 jam.
Pergilah kami menuju Bangsal, pelabuhan yang menjadi pangkal tempat pemberangkatan kapal menuju ke 3 Gili di utara Lombok. Di pelabuhan tersebut, disediakan public boat dengan tarif yang murah, Rp.10.000,- per orang untuk menuju Gili Trawangan. Selain itu, ada juga speed boat, yang dihitung sewa per kapal. Kelebihannya adalah bisa segera berangkat tanpa menunggu kapal diisi penumpang sampai penuh. Lebih privasi karena bisa disewa per kelompok. Banyak turis mancanegara yang ditawari speed boat tersebut dan terkadang buat mereka lebih mahal tak masalah asal tidak menunggu. Tapi buat kami yang menikmati ala backpacker, termasuk biaya perjalanan versi backpacker, lebih memilih public boat, karena jam tunggunya juga tidak terlalu lama, dan selalu ada dari mulai pk.09.00 WITA sampai menjelang pk. 16.00 WITA. Waktu tempuh penyebrangan lebih kurang setengah jam. Namun jika cuaca kurang bagus, dengan ombak besar, akan memperlambat perjalanan.
Setelah tiba di Gili Trawangan, maka suasana liburan akan sangat terasa. Bukan karena kami datang pada menjelang tahun baru, tapi memang suasana di sana untuk sehari-hari begitu santai dan nyaman dengan sederetan homestay yang nyaman dikelilingi lautan biru yang tenang. Alam yang begitu indah dipadu dengan suasana yang begitu mengesankan memang cocok untuk relaxing dari segala rutinitas pekerjaan bahkan banyak yang menyarankan menjadi tempat untuk honeymoon.
Untuk pemilihan tempat bermalam, akan banyak ditemukan homestay di sekitar sana. Harganya mulai dari Rp. 100.000,- sampai tak hingga. Namun untuk masa liburan, yaitu pertengahan tahun dan akhir tahun, harganya bisa naik sampai dua kali lipatnya. Untuk makanan, banyak sekali dijual di sekitar sana, dari Indonesian food sampai ala Western. Karena merupakan pulau yang cocok untuk liburan, aktivitas pagi baru bergeliat mulai pk. 10.00 WITA. Di pulau ini, tidak ada satupun kendaraan bermotor, sehingga benar-benar tanpa polusi. Transportasinya adalah sepeda atau cidomu (=seperti dokar kalau di pulau Jawa).
Aktivitas yang bisa dilakukan di Gili Trawangan ketika siang hari adalah snorkeling, diving, island hopping, selancar, ataupun sekedar bersepeda mengelilingi pulau. Untuk malam harinya, banyak café yang dibuka, dengan nuansa romantis bertaburkan bintang malam, ada juga banyak bar yang senantiasa membuat semarak gemerlap malam.
Dari Gili Trawangan, ada 2 Gili lain di sekitar sana yang menarik juga untuk dikunjungi, yaitu Gili Meno dan Gili Air. Dari Gili Trawangan bisa naik public boat lagi atau sewa speed boat sambil keliling pulaunya. Sayang, waktu itu kami belum sampai ke sana. Mungkin next trip, supaya kami bisa bercerita lebih banyak lagi.
Setelah menjelajah Gili Trawangan, kembali lagi ke pulau Lombok, dengan eksotisme lainnya yang menarik. Selama di pulau Lombok, ada beberapa tempat yang bisa dijadikan pilihan untuk bermalam. Kali ini, kami memilih Senggigi, salah satu daerah barat Lombok yang sudah dikondisikan bagi wisatawan. Dari pelabuhan Bangsal, bisa jalan kaki menuju pangkalan kendaraan umum. Tidak terlalu jauh, sehingga tidak perlu naik cidomu ke pangkalan tersebut. Karena akan banyak yang menawari cidomu seharga Rp.20.000,- hanya untuk menuju ke pangkalan tersebut. Dari pangkalan kendaraan umum itu, kita bisa naik mobil angkutan umum, dengan biaya lebih kurang Rp.20.000,- per orang atau naik ojek dengan biaya Rp.25.000,- menuju Senggigi. Kalaupun ingin menuju tempat lain, juga bisa, tinggal tawar saja nominalnya.
Beberapa puluh tahun lalu, mungkin Senggigi adalah salah satu andalan untuk pulau Lombok, namun tidak bagi kami saat ini. Pantai Senggigi hanya sangat bagus dinikmati dari atas bukit Malimbu, dengan lengkungan garis pantai yang indah dan mempesona. Namun bermain di pantainya langsung, bisa dibilang biasa. Cukup indah, namun tidak begitu menggoda. Sehingga, jika menuju Senggigi, dari arah pelabuhan Bangsal, sempatkanlah untuk singgah di bukit Malimbu untuk sekedar berfoto atau menikmati keindahan Senggigi dari atas bukit.
Daerah Senggigi berupa sederetan homestay & hotel, dimana depannya adalah jalan raya utama dan di belakangnya adalah pantai Senggigi itu sendiri. Banyak homestay murah meriah sampai jutaan rupiah. Tergantung kebutuhan. Mau pindah tidur dengan menikmati fasilitas lengkap seperti di hotel berbintang atau hanya sekedar menjadi tempat istirahat setelah lelah berkeliling menjelajah setiap sudut keindahan. Daerah Senggigi kami pilih, karena kehidupan malamnya cukup ramai, ada beberapa café & bar yang bisa dijadikan pilihan untuk menikmati malam.
Dari Senggigi, kita bisa explore daerah selatan Lombok. Dalam perjalanan, kita bisa mampir ke warung Hj. Sari di daerah Sayang-sayang. Salah satu menu andalan yang patut dicoba adalah lindung (=belut) yang dipotong kecil-kecil dan dioseng-oseng pedas, cocok sekali dimakan dengan lawar (masakan sayur khas Bali). Selain enak, harganya pun murah. Bonus air es pula.
Di Lombok Selatan, salah satu yang menarik adalah pantai Kuta. Lain halnya dengan Kuta Bali yang sudah sangat komersil, Kuta Lombok masih alami. Pasirnya begitu putih bersih. Ditambah dengan sedikit tebing karang di beberapa sisi, membuatnya semakin cantik dan menggoda. Lautnya sangat biru dan tenang.
Sementara di sisi lain sekitar situ, terdapat Pantai Segar. Pantainya begitu eksotis, dengan pulau kecil di tengah, tampak seperti batu besar seolah menjaga lautan. Airnya begitu jernih, dengan tekstur pasirnya berbutir seperti merica namun putih. Kita bisa berenang sepuasnya tanpa takut tergulung ombak.
Perjalanan kembali ke Senggigi, kami dilewatkan kerumah adat suku Sasak. di daerah Sade. Dimana di sana terdapat 150 rumah penduduk asli suku tersebut yang masih dipertahankan. Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok. Salah satu bentuk dari bukti kebudayaan Sasak adalah bentuk bangunan rumah adatnya. Atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah, terbuat dari alang-alang yang cukup tebal, dan bisa bertahan 7-10 tahun lamanya. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Pintunya dibuat rendah, dengan tujuan, ketika kita masuk, kita harus menunduk,untuk menghormati sang pemilik rumah tersebut. Lantai rumah terbuat dari campuran tanah dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam. Namun tidak dijual, hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri saja. Yang perempuan, membuat kain tenun, dengan bahan dasar kapas dan pewarna yang dibuat sendiri. Seorang wanita sudah layak menikah jika sudah bisa membuat tenun sendiri. Perkawinan suku Sasak yang terkenal adalah jenis kawin lari. Dan itu dianggap lebih baik, karena atas dasar suka sama suka, tanpa paksaan.
Setelah lelah berkelliling, kami diajak untuk makan malam hidangan seafood di salah satu resto di daerah Cakranegara, Seafood Ikan Bakar “99â€. Cukup ramai, karena masakannya enak dan harganya cukup terjangkau. Thx a lot to mas Bin yang sudah bawa kami keliling dari barat sampai selatan. Mungkin trip kami berikutnya adalah daerah utara dan timur Lombok yang takkalah menariknya.
Malam harinya, kami menikmati malam di Happy café, salah satu cafe yang direkomendasikan teman, dan cukup ok juga untuk bersantai mendengarkan live music sambil menikmati minuman ringan. Di depannya juga ada sederetan café & bar, salah satu yang terbaik adalah Marina, sayang sang malam tak mengijinkan kami singgahke sana.
Esok paginya, kami harus kembali ke rutinitas asal. Dari Senggigi ke bandara, jika naik ojek, sekitar Rp.25,000,- jika naik taxi dengan argo kurang lebih Rp. 35,000,-. Jadi jangan mau ditipu dengan persewaan mobil yang memberikan tarif mahal demi kenyamanan. Toh taxi pun ok, untuk anytime.
Liburan yang sangat mengesankan dan justru mengundang kami untuk menjelajah tempat-tempat lain yang belum sempat ternikmati. Karena itu nantikan reportase tentang Lombok pada ekspedisi berikutnya.
based on our journey on 31 Dec 2010 – 2 Jan 2011
Update 28 Desember 2012 :
* Nama bandara di Lombok saat ini bukan lagi Selaparang, mulai 1 Oktober 2011 berganti nama menjadi Bandar Udara Internasional Lombok dengan kode LOP. Kurang lebih setengah jam perjalanan menuju Mataram.