Kalau sudah nekad pengin jalan-jalan, ga peduli medannya seperti apa, trabas aja, meski bermodal motor matic.
Sudah puas foto-foto, saatnya pulang, dengan jalur yang sama saat berangkat. Eh, pas turun, berpapasan ama geng motor lakik. Ada yang bersorak kepada teman-temannya, masak kalah ama matic.
Ada lagi yang sengaja berhenti, memberitahu, bahwa jalur ini bakal susah dilewati oleh matic. Kemudian dia melanjutkan infonya tentang jalur lain yang lebih bersahabat. Kuiyakan saja, meski dalam hati berkata, lha tadi kan naiknya juga lewat sini.
Usai berkata, dia ngegas motornya, melanjutkan perjalanan naik. Lhadalah, baru naik dikit, dia sudah nyungsep. Demi kesopanan, aku berusaha menahan ngakakku. Jadi, masih mau ngeremehin matic? Bukannya, man behind the gun?
keren berarti yang bawanya…
Yang bawa nya keren berarti…